BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Kajian Teori
2.1.1 Hasil Belajar
Tujuan utama
dari kegiatan belajar adalah hasil belajar. Kegiatan belajar dan hasil belajar
mempunyai hubungan yang erat yang tak terpisahkan. Hasil belajar diperoleh
setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Beberapa ahli mempunyai pandangan
yang berbeda mengenai pengertian hasil belajar tetapi mempunyai inti yang sama.
Menurut Purwanto (2009:46) “hasil belajar adalah pencapaian tujuan pendidikan
pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar”. Hasil belajar merupakan
komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena
hasil belajar di ukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui
proses belajar mengajar.
Menurut Sudjana (Iskandar, 2012:128) “hasil belajar adalah suatu akibat
dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang
disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan”. Sedangkan menurut iskandar (2012: 128)
“hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi
tertentu dari data kuantitatif maupun kualitatif”. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Setyaningsih,
2011:19) “hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua
sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru”. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dari dari sisi
guru hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom
(Setyaningsih, 2011:19) secara garis
besar membagi menjadi 3 ranah, yakni: (a) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar
intelektual. (b) Ranah
afektif, berkenaan dengan sikap. (c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Hasil belajar banyak di pengaruhi oleh banyak faktor.
Menurut Abu Ahmadi (Saminanto 2010:101) faktor yang mempengaruhi hasil belajar
yaitu:
a.
Faktor-faktor stimulasi belajar.
Segala
sesuatu di luar individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau
perbuatan belajar, antara lain: panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan
pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringanya tugas, suasana lingkungan
eksternal.
b.
Faktor-faktor metode belajar
Metode
belajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor
metode belajar antara lain: kegiatan berlatih atau praktek, over learning dan driil, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan alat
indra, bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi intensif.
c.
Faktor-faktor individual
Faktor-faktor
individual meliputi: kematangan, fakor usia kronologis, perbedaan jenis
kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi jasmaniah jasmani,
kondisi kesehatan rohani dan motivasi.
Dari berbagai pandapat ahli di atas tentang hasil
belajar dapat disimpulkan hasil belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan
belajar di kelas yang telah diikuti siswa dalam menerima materi pelajaran
matematika dalam kompetensi yang berupa aspek kognitif yang dinyatakan dengan
skor.
2.1.2
Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di Sekolah
Dasar. Seorang guru apabila ingin mengajarkan matematika terlebih dahulu harus
memahami konsep-konsep yang akan diajarkan. Matematika lebih menekankan pada
dunia penalaran karena terbentuk dari pikiran-pikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran. Belajar
matematika di Sekolah Dasar merupakan awal peserta didik untuk belajar, maka
dari itu diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini untuk menjadi dasar
serta pengembangan kemampuan berpikir sistematis, kritis, analitis, logis, dan
kreatif serta menumbuhkan kemampuan bekerja sama. Selain itu diharapkan
siswa memiliki kemampuan untuk mengelola, memperoleh, serta memanfaatkan
informasi untuk dapat bertahan dan mengembangkan dinamika kehidupan yang
kompetitif untuk semua bidang. “Matematika adalah suatu bidang ilmu yang
merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan
praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi,
generalisasi dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain
aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis” (Kusumah Wijaya, Dwitagama Dedi.
2012:214).
Menurut H.W. Fowler (Saminanto,2010:96) “Matematika adalah ilmu yang
mempelajari bilangan dan ruang yang bersifat abstrak". Sumardyono (2004:28) secara umum mendefinisikan
matematika sebagai berikut:
1)
Matematika sebagai struktur yang terorganisir.
Agak
berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu bangunan
struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa
komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan
dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan corolly/sifat).
2)
Matematika sebagai alat (tool).
Matematika
juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi berbagai masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
3)
Matematika sebagai pola pikir deduktif.
Matematika
merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau
pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah
dibuktikan secara deduktif (umum).
4)
Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).
Matematika
dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena beberapa hal,
seperti matematika matematika memuat cara pembuktian yang sahih (valid),
rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang
sistematis.
5)
Matematika sebagai bahasa artifisial.
Simbol
merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah
bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan
pada suatu konteks.
6)
Matematika sebagai seni yang kreatif.
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.
Dari berbagai pendapat para ahli tentang pengertian
matematika di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah salah satu mata
pelajaran di Sekolah Dasar yang berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari,
dimana siswa diharapkan dapat berfikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
2.1.3 Pembelajaran Matematika di SD
Menurut Suyitno dalam Saminanto
(2010:91) ”pembelajaran matematika
adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,
minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi
yang optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa”. ”Agar
tujuan pengajaran dapat tercapai guru harus dapat mengorganisir semua komponen
sedemikian rupa sehingga antara komponen satu dengan yang lainya dapat
berinteraksi secara harmonis” (Suhito, 2000:11). Salah satu komponen dalam
pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam setrategi dan metode
pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan
konteks pembelajaran, sehingga dituntut kemampuan guru untuk memilih model
pembelajaran serta media yang cocok dengan materi atau bahan ajar.
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan 2006 (Saminanto, 2010:92) menyatakan: Potensi siswa harus
dapat dikembangkan secara optimal dan dan di dalam proses belajar matematika
siswa dituntut untuk mampu:
a.
Melakukan
penelusuran pola dan hubungan.
b.
Mengembangkan
kreatifitas dan imajinasi, intuisi dan penemuanya.
c.
Melakukan
kegiatan pemecahan masalah.
d.
Mengkomunikasikan
pemikiran matematisnya kepada orang lain.
Untuk mencapai kemampuan
tersebut perlu dikembangkanya proses belajar matematika yang menyenangkan,
memperhatikan keinginan siswa, membangun pengetahuan dari apa yang diketahui
oleh siswa, menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar,
memberikan kegiatan yang menantang, memberikan kegiatan yang memberi harapan
keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa.
Selain itu dalam mempelajari
matematika siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda sehingga
diperlukan usaha guru untuk:
a. Menyediakan atau menggunakan alat peraga
atau media pembelajaran yang menarik perhatian siswa.
b. Memberikakan kesempatan belajar matematika
diberbagai tempat dan keadaan
c. Memberikan kesempatan mengunakan
matematika untuk bebrbagai keperluan
d.
Mengembangkan
sikap menggunakan matematika untuk memecahkan matematika baik di sekolah maupun
di rumah.
e. Menghargai sumbangan tradisi, budaya dan
seni dalam mengembangkan matematika.
f. Membantu siswa menilai sendiri kegiatan
matematikanya.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran
matematika salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan
menggunakan model Numberd Heads Together (NHT) dan media pembelajaran, karena
dengan menggunakan model NHT dapat menciptakan suasana yang menyenangkan saat
KBM berlangsung, sehingga akan menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran. Penggunaan
media dalam pembelajaran matematika juga akan menunjang KBM, karena dengan
menggunakan media pembelajaran siswa lebih mudah memahami materi matematika
yang sedang dipelajari.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu
bentuk kegiatan pembelajaran yang mengutamakan keterlibatan siswa untuk membangun
pengetahuan matematika dengan caranya sendiri yang membutuhkan suasana yang
medukung saat belajar. Dalam kegiatan tersebut guru berperan sebagai
fasilitator dan mediator. Sebagai fasilitator guru menyediakan berbagai sarana
pembelajaran yang memudahkan siswa membangun pengetahuan matematikanya sendiri.
Sebagai mediator guru menjadi perantara dalam interaksi antar siswa atau antara
siswa dengan ide matematika dan menghindari pemberian pendapatnya sendiri ketika
siswa lain sedang mengemukakan pendapat.
Penggunaan media dan model pembelajaran yang sesuai akan mendukung keberhasilan
dalam KBM matematika.
2.1.4 Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Matematika
Standar Kompetensi (SK)
merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik
pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Kompetensi Dasar (KD)
merupakan penjabaran SK yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan
SK. Secara rinci SK dan KD mata pelajaran matematika kelas 5 disajikan dalam
tabel 2.1 .
Tabel 2.1
SK dan KD mata pelajaran matematika kelas 5 semester II
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
|
5.1 Mengubah
pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya
5.2 Menjumlahkan
dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan
5.3 Mengalikan
dan membagi berbagai bentuk pecahan
5.4 Menggunakan
pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
|
6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
|
6.1
Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
6.2
Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
6.3 Menentukan
jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana
6.4 Menyelidiki
sifat-sifat kesebangunan dan simetri
6.5 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana
|
2.1.5 Model Pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT)
Pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar bersama dengan
bertanggung jawab pada diri sendiri maupun pada kelompk dengan berinteraksi
secara langsung serta mempunyai peluang sukses bersama.
Menurut Saminanto (2012:30) ”model
pembelajaran memiliki ragam yang banyak, namun tidak semua model pembelajaran
dapat diterapkan pada setiap materi, sehingga diperlukan cara untuk memilihnya
agar sesuai dengan tujuan pembelajaran”.
Pemilihan model pembelajaran yang diterapkan perlu disesuaikan dengan jenis
materi, karakteristik peserta didik serta situasi dan kondisi tempat
pembelajaran berlangsung, oleh karena itu diperlukan kreatifitas guru dalam
memilih model pembelajaran atau menggabungkan model pembelajaran yang ada,
sehingga pembelajaran dapat berjalan menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Beberapa faktor yang mempengaruhi model pembelajaran ialah:
1. Tujuan pembelajaran
2. Peserta didik
3. Guru
4. Fasilitas
5. Situasi
Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan mengajar di kelas agar tujuan pembelajaran tercapai. Menurut
Anita Lie (2002:14) “kepala bernomor pertama kali dikembangkan oleh Spencer
Kagan pada tahun 1992”. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat.
Model ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama dan
melatih siswa berbicara di depan orang.
2.1.6 Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads
Together
2.1.6.1 Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads
Together (Kepala Bernomor) menurut Hamdani (2010:85) adalah sebagai berikut:
1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Siswa dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sunguh.
3.
Siswa
yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
2.1.6.2 Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (Kepala
Bernomor) menurut Hamdani (2010:85) adalah sebagai berikut:
1.
Kemungkinan
nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru.
2.
Tidak semua
anggota kelompok dipanggil oleh guru.
2.1.7
Langkah-Langkah Model
Pembelajaran Numbered Heads Together
Langkah-Langkah Model
Pembelajaran NHT menurut Spencer Kagan dalam Saminanto (2010:35-36):
1)
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam
kelompok mendapat nomor.
2)
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakanya.
3)
Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabanya.
4)
Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5)
Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk
nomer yang lain.
6)
Kesimpulan.
2.1.8
Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan
hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Diharapkan para guru mampu
menggunakan media pembelajaran yang dapat mendukung PBM. Menurut Suyitno
(Saminanto, 2010:96) “untuk menunjang pembelajaran disamping pemilihan metode
yang tepat juga perlu digunakan suatu media pembelajaran yang sangat berperan
dalam membimbing abstraksi siswa”. Menurut Darhim (Saminanto, 2010:96) nilai
dan fungsi khusus media pembelajaran matematika antara lain:
1)
Untuk menghindari atau mengurangi terjadi salah
komunikasi.
2)
Untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa.
3)
Untuk membuat konsep matematika yang abstrak dapat
disajikan dalam bentuk konkret sehingga lebih dapat dipahami, dimengerti dan
disajikan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Menurut Hamdani (2008:244-245) secara garis besar media pembelajaran
terbagi atas:
1)
Media audio, yaitu media yang hanya dapat didengar atau
yang memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
2)
Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat dan
tidak mengandung unsur suara, seperti gambar, lukisan, foto dan sebagainya.
3)
Media audio visual, yaitu media yang mengandung unsur
suara dan juga gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, film, dan
sebagainya.
4)
Orang (people)
yaitu orang yang menyimpan informasi. Pada dasarnya setiap orang berperan
sebagai sumber belajar. Pada umumnya dapat dibagai 2 yaitu orang yang didesain
khusus sebagai sumber belajar dan orang yang memiliki profesi.
5)
Bahan (materials)
yaitu suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti
buku paket, alat peraga, transparansi, film, slide dan sebagainya.
6)
Alat (device),
yaitu benda-benda yang berbentuk fisik yang sering dengan perangkat keras, yang
berfungsi untuk menyajikan bahan pembelajaran, misalnya computer, radio, televisi,
VCD,DVD dan sebagainya
7)
Teknik (technic),
yaitu cara atau prosedur yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran
untuk mencai tujuan pembelajaran, seperti ceramah, diskusi, stimulasi,
permainan dan sejenisnya.
8)
Latar (setting),
yaitu lingkungan yang berasal dari sekolah maupun di luar sekolah, baik yang
sengaja dirancang maupun yang tidak, seperti ruangkelas, studio, perpustakaan,
aula, teman, kebun, pasar, took, museum, kantor dan sebagainya.
Agar penggunaan media dapat efektif ada
beberapa kreteria yang perlu diperhatikan (Arsyad azhar, 2007):
1)
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2)
Tepat untuk mendukung isi pembelajaran yang sifatnya
fakta, konsep, prinsip dan generalisasi.
3)
Praktis, luwes dan bertahan.
4)
Guru terampil menggunakanya.
5)
Pengelompokan sasaran.
6)
Mutu teknis.
Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah alat peraga bangun datar
dan bangun ruang.
2.2
Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian
yang dilakukan oleh Berti Muryan Susanto
tahun 2011 Universitas Kristen Satya Wacana yang berjudul Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Dengan Pembelajaran Kooperatif NHT Dan
Pemanfaatan Media Gambar Pada siswa kelas V Semester II SDN Sumogawe 3
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan NHT dan pemanfaatan media gambar dapat meningkatkan
hasil belajar siswa yaitu nilai sebelum tindakan menunjukan dari 27 siswa hanya
10 siswa yang tuntas (37%) dan 17 siswa belum tuntas (63%). Setelah tindakan
yang dilakukan dapat dilihat hasil belajar pada siklus I meningkat, dari 27
siswa hanya 17 siswa tuntas (63%) dan 10
siswa belum tuntas (27%). Hasil belajar pada siklus II pun meningkat, dari 27
siswa 24 siswa yang tuntas (89%) dan 3 siswa yang belum tuntas (11%).
Penelitian
yang dilakukan oleh Farida Yeni tahun 2011 Universitas Negeri Malang yang
berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model NHT (Numbered Heads
Together) Pada Siswa Kelas V SDN I Wajakkidul Kabupaten Tulunggung. Berdasarkan
hasil penelitian, persentase nilai kemampuan guru dalam menggunakan model NHT
(Numbered Heads Together) pada siklus I adalah 83,35%, sedangkan pada siklus II
90,75%. Pada siklus I nilai rata-rata kegiatan siswa adalah 75,9 dan pada
siklus II adalah 88. Hasil belajar siswa dari tahap pra tindakan hingga
pelaksanaan siklus II telah meningkat. Pada tahap pra tindakan ketuntasan hasil
belajar siswa adalah 35,3%. Untuk pembelajaran siklus I hasil belajar siswa
dalam pembelajaran siklus I yang dilakukan peneliti, ketuntasan belajar siswa adalah
70,6%. Pada pembelajaran siklus I mengalami peningkatan dari pra tindakan. Pada
pembelajaran siklus II, ketuntasan belajar siswa adalah 94,1%. Pada
pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 23,5%. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah penerapan model NHT (Numberred Heads Together) pada
pembelajaran matematika materi bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V SDN I Wajakkidul Kabupaten Tulungagung. Untuk itu guru hendaknya
menerapkan model yang tepat untuk pembelajaran matematika seperti model NHT
(Numberred Heads Together) untuk materi lainnya agar hasil belajar siswa bisa
terus meningkat dengan baik.
2.3 Kerangka
Berpikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Salah satu hal yang harus diperhatikan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa matematika adalah dari faktor model pembelajaran dengan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru juga harus
melihat kondisi siswa, karena setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran yang disajikan
guru di kelas, ada siswa yang mempunyai daya tangap cepat dan ada pula siswa
yang mempunyai daya tanggap yang lama.
Penelitian ini mengarah pada pembelajaran matematika. Pada awalnya guru
hanya mengajar dengan cara konvesional (ceramah) dan tidak memanfaatkan media
yang ada, maka akibat yang terjadi adalah hasil belajar siswa masih rendah.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT dan media pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pelaksanaan menggunakan model pembelajaran NHT dan media pembelajaran, yaitu membagi siswa dalam
beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang beragam, ada yang pandai, sedang, dan ada pula yang
tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap anggota kelompok diberikan
tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal dalam kelompoknya menggunakan
media yang sudah disediakan dan diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa
merasa takut salah.
Dalam pembelajaran menggunakan model NHT dan media pembelajaran tidak
akan tampak lagi siswa yang unggul dan tidak unggul karena semuanya berbaur
dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompoknya
tersebut. Dengan demikian, untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas 5 SDN Tukang 02 guru perlu menerapkan model pembelajaran NHT dan media
pembelajaran dalam mengajarkan pokok
bahasan matematika. Diharapkan dengan
model pembelajaran NHT dan media pembelajaran setiap siswa akan mempunyai tingkat kemampuan
yang relatif sama sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa akan lebih baik. Skema kerangka
pikir dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.
|
2.4.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut : penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together dan media pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas 5 SDN Tukang 02 kabupaten Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar